PERAHU TRADISIONAL DARI KALIMANTAN TIMUR DAN KALIMANTAN BARAT
Di daerah Kalimantan Timur yang terdiri dari semak belukar dan hutan lebat yang mengelilingi kampung pada umumnya dapat dicapai dengan perahu. Untuk berjalan kaki juga mengalami hambatan karena daerah yang berawa-rawa. Untuk bercocok tanam mereka harus membuka hutan dan belukar dan itu semua dilaksanakan dengan bergotong royong. Di sini peranan perahu sebagai sarana transportasi sangat besar Dalam hal ini perahu-perahu jukung atau cadik menjadi sarana angkut orang-orang yang sedang mengadakan kerja gotong royong untuk membangun lahan pertanian atau perkebunan mereka.
Pada saat ada upacara-upacara penting seperti upacara perkawinan, khitanan, upacara-upacara adat pembersihan desa dan lain sebagainya, perahu- perahu tradisional di daerah Kalimantan Timur ini juga menjadi sarana utama. Bahkan pada pesta perkawinan perahu tradisional biasa dipergunakan sebagai sarana untuk membawa rombongan pengantin wanita bersama seluruh handai taulan dan keluarga. Dengan perahu tersebut mempelai wanita dan keluarga di arak untuk menuju ke rumah mempelai laki-laki. Perjalanan mempergunakan perahu tersebut biasanya terjadi jika mempelai harus mengadakan perjalanan jauh dari rumah. Dalam upacara tersebut sejak mempelai turun dari bunyi-bunyian gong dan gendang terus terdengar dan ditabuh dengan irama yang khusus.
Pada waktu mempelai tidak langsung naik ke rumah mempelai laki-laki maka mempelai wanita tidak langsung naik ke rumah mempelai laki-laki tetapi mempelai wanita tersebut langsung terjun ke sungai, dengan tujuan agar mempelai laki-laki mengganti pakaian mempelai wanita yang sudah basah kuyup karena air sungai. (Emelin Lun, 1978-79: Adat upacara perkawinan daerah Kalimantan Timur, hal. 90-91).
Setelah upacara perkawinan dan setelah tiga hari tiga malam pengantin perempuan di rumah mempelai laki-laki mereka pergi ke mempelai laki-laki. Untuk pergi ke mempelai laki-laki tersebut juga dipergunakan perahu yang telah disediakan dan dihias dengan berbagai bunga dan hiasan yang menarik. Di rumah pengantin laki-laki diadakan upacara yang biasa disebut dengan lemalah tenan". Upacara dilakukan mulai dari perahu pengantin itu ditambatkan. (Emelin Lun, 1978-1979:116).
Dengan uraian tersebut di atas maka perahu di daerah Kalimantan Timur mempunyai fungsi yang mengacu pada kebutuhan sehari-hari, maupun untuk keperluan upacara-upacara perkawinan, bahkan ada yang dipergunakan dalam upacara sakral baik untuk penguburan atau untuk permohonan kepada Yang Kuasa agar diberikan keselamatan.
Perahu di daerah Kalimantan Timur mempunyai bentuk bermacam-macam ada yang berupa jukung (kano) yang dibuat dari satu batang kayu. Di samping itu perahu yang dibuat dari papan-papan kayu tebal dengan bentuk besar. Perahu jukung ada yang berbent.uk pendek ada juga yang berbentuk panjang dan ramping. Perahu-perahu jenis jukung panjang biasanya dipergunakan untuk transportasi jarak sedang dari satu tempat ke tempat yang lain. Selain untuk transportasi ada juga yang dipergunakan untuk berdagang dan ada pula yang dibuat secara khusus untuk lomba.
Jukung (kano) kecil biasanya hanya dipergunakan untuk mencari ikan, mengaili, menombak, atau memasang "bubu" (penangkap ikan dari bambu). Perahu jukung panjang dapat memuat sampai 10-14 orang. Bahkan perahu panjang yang dipergunakan untuk lomba mencapai 20 orang. Perahu panjang untuk transportasi di sini sudah mempergunakan sarana modern yaitu dilengkapi dengan mesin tempel, Perahu jenis jukung panjang dapat memuat barang sampai 6-8 kwintal.
Perahu-perahu jukung panjang atau pendek yang biasanya hanya dikayuh sering pula dipergunakan sebagai sarana untuk menjajakan barang dagangan di tempat-tempat di mana pasar terapung berada. Jenis-jenis dagangan yang diperjualbelikan di pasar terapung terdiri dari berbagai kebutuhan rumah tangga baik dalam bentuk bahan makanan (sayur-sayuran, beras, daging, ikan dan lain-lain) di samping bahan pakaian.
Pasar terapung yang terdiri dari ratusan kano (jukung) terdapat di beberapa tempat di daerah Kalimantan, Sulawesi dan di Sumatra dan lain-lain. Bahkan jukung atau kano yang dipergunakan sebagai tempat transportasi dan berjualan sekaligus dapat dijumpai pula di kawasan luar Indonesia seperti misalnya di Bangkok (Thailand), Filipina bahkan beberapa negara ASEAN lainnya.
Di sepanjang sungai Kapuas sering terlihat perahu-perahu panjang yang hampir menyerupai kora-kora yang dipergunakan untuk menyeberangi sungai Kapuas baik arah hilir atau udik. Perahu dengan kelengkapan cadik atau layar jarang sekali ditemukan di daerah ini. Hal ini kemungkinan di daerah ini air tidak bergelombang sehingga cadik tidak begitu diperlukan. Demikian juga penggunaan layar kurang, karena perahu tersebut dipergunakan di sungai, Lokasi-lokasi perahu,di daerah Kalimantan yang penulis kunjungi antara lain di Pontianak, Ketapang, Tanjungpura dan tempat-tempat di sepanjang DAS Kapuas.
Perahu angkut lainnya ada yang dibuat dari papan dengan bagian dinding kanan dan kiri yang ditinggikan sebagai penyangga atap peneduh. Perahu jenis ini biasanya bagian belakang (buritan) lebar (terpotong). Pada saat perayaan Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di berbagai tempat di Kalimantan seperti di Pontianak, Ketapang, Banjarmasin, Samarinda dan lain-lain tampak perahu-perahu yang sangat panjang yang ditumpangi oleh orang-orang berpakaian seragam dengan jumlah antara 20 orang dilengkapi dengan dayung untuk adu (lomba) kecepatan. Perahu-perahu jenis ini biasanya dihias dengan pola-pola hias khususnya di bagian ujungnya.
Sumber : http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1008/perahu-tradisional-kalimantan-timur-dan-kalimantan-barat#photo[gallery]/1/